KONSEP PENANGANAN DAN PENGOLAHAN LIMBAH HASIL KONSTRUKSI
Transcript of KONSEP PENANGANAN DAN PENGOLAHAN LIMBAH HASIL KONSTRUKSI
KONSEP PENANGANAN DAN PENGOLAHAN LIMBAH HASIL KONSTRUKSI DENGAN METODE RAMAH LINGKUNGAN
Kondisi kekinian pencetus gagasan
Dampak dari adanya pembangunan proyek kontruksi tersebut adalah menghasilkan limbah padat yang jika tidak dilakukan penanganan dengan serius akan membahayakan lingkungan
Gagasan baru yang ditawarkan
Pihak-pihak yang Dapat Mengimplementasikan Gagasan
1) Pemerintah
Membuat regulasi dari konsep-konsep baru sehingga mendukung untuk penanganan limbah konstruksi.
2) Owner
Mengadakan kerjasama dengan kontraktor pada aspek manajemen pengelolaan limbah usaha untuk mengelola limbah kontraktor. Selanjutnya kontraktor bekerja sama dengan subkontraktor untuk pengelolaan limbah konstruksi yang berbeda di suatu proyek.
3) Kontraktor
Mengadakan kerjasama dengan penyedia jasa pengangkut sampah atau ‘waste subcontractor’ ke lokasi TPA (Tempat Pembuangan Akhir) Pemilahan atau segregasi dan penyimpanan sementara untuk material yang memiliki harga jual tinggi. Mengimplementasikan nilai-nilai konsep yang yang sudah ada dan nilai-nilai tambahan dari konsep baru dalam proses konstruksi.
4) Waste subcontractor
Jasa pengangkut sampah dari tempat konstruksi yang merupakan upaya penting bagi kontraktor untuk mengurangi limbah.
Teknik Implementasi
Wawasan Teknologi
Latar Belakang
Tujuan
Karya tulis ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana cara penanganan limbah konstruksi yang dihasilkan dari pelaksanaan proyek konstruksi di Indonesia.
Manfaat
Manfaat dari penulisan karya tulis ini adalah memberikan cara untuk menangani masalah limbah yang dihasilkan oleh pelaksanaan proyek konstruksi di Indonesia.
Bentuk Limbah
Limbah organik
Limbah gypsum
Bahan konstruksi yang mengandung asbes
Logam
Limbah
Gas, Padat,
& Cair
Batu bata
Pecahan keramik
Tanah (termasuk yang digali dari daerah yang terkontaminasi), batu, dan penggalian tanah
Kayu
Kaca
Plastik
Campuran beraspal
Tar makadam dan produk tar lainnya
Campuran beton
Sumber Limbah Konstruksi di Indonesia
Secara umum sumber limbah konstruksi di Indonesia terdiri dari: perubuhan bangunan, konstruksi gedung, dan renovasi maupun perbaikan-perbaikan kecil. Perubuhan bangunan biasanya dilakukan secara manual oleh kontraktor bongkaran
Diperkirakan bahwa untuk bangunan dengan luas lantai 200 m2 akan dihasilkan sebanyak 180 m3 limbah
Pengelolahan limbah dengan
recycle
Pengolahan limbah
recycle
pada proyek konstruksi misalkan penggunaan sisa potongan besi tulangan menjadi tulangan sengkang, sisa kayu dari proyek bisa digunakan sebagai bahan untuk kusen, dan bahan bongkaran dari gedung yang bisa digunakan sebagai timbunan
Pengolahan Limbah dengan
reuse
Penggunaan kembali barang yang ada menjadi fungsi yang lain, cara ini lazim dilakukan dengan penggunaan material dari alat atau bahan konstruksi yang awet
Seperti contohnya penggunaan material kayu yang sisa digunakan untuk penyangga bekisting secara berulang, sisa seng yang bisa digunakan sebagai pagar dari tempat proyek tersebut sehingga tidak perlu adanya barang sisa selama masih bisa digunakan.
Pengolahan limbah secara
reduce
Cara yang selalu digunakan pada proyek konstruksi dengan meminimalkan limbah yang dihasilkan dengan memperhitungkan bahan yang digunakan. Secara tidak langsung, zat-zat limbah akan berkurang dan mengurangi biaya pengolahan limbah. Bahan yang digunakan sudah dihitung sedemikian sehingga pas dengan perencanaan kebutuhan, dan sedikit menghasilkan limbah.
Beberapa gagasan baru yang ditawarkan untuk menangani masalah limbah konstruksi diantaranya adalah:
Desain suatu struktur dari bangunan berkaitan dengan proses konstruksi. Untuk meminimalkan produksi suatu limbah maka perlu adanya desain yang ramah lingkungan dengan penerapan beberapa kriteria. Selain itu perlu perencanaan bangunan yang nantinya dalam proses pembongkaran (dekonstruksi) tidak menghasilkan limbah karena kita bisa memilih material yang masih bisa digunakan sehingga akan memperpanjang daur hidup dari material suatu bangunan (David fleming:2009). Beberapa hal yang harus dilakukan untuk proses dekonstruksi berjalan dengan baik adalah:
Meminimalkan kompleksitas bangunan
Mengoptimalkan pemakaian jenis material
Mengoptimalkan alat sambung antar komponen bangunan
Menyederhanakan sambungan antar komponen bangunan
Menempatkan sambungan antar komponen agar mudah dijangkau
Memisahkan antar sistem bangunan sehingga saat perubuhan tidak ada dampak pada sistem yang lain
Menggunakan material yang dapat dikembalikan dalam bentuk asalnya
Meminimalkan/menghindari penggunaan bahan berbahaya
Menyiapkan akses untuk komponen bangunan dengan kusen, pintu, dan jendela
Kemudahan informasi (gambar konstruksi, identifikasi material dan komponen, ukuran komponen struktur bangunan).
Eco design
Pada proses kontruksi, pembangunan harus menjadi pertimbangan. Karena dalam kegiatan ini banyak menimbulkan limbah baik dari proses pembangunan, renovasi, maupun pembongkaran. Berbagai kriteria harus dipenuhi (Glavinich, 2008):
1. Manajemen efisiensi energi
• Menggunakan sumber energi listrik tambahan (generator power supply )yang berbahan bakar gas dari pada fosil, karena biaya yang di perlukan jauh lebih kecil dan polusi lebih sedikit
• Menggunakan seoptimal mungkin pencahayaan alami.
• Mengganti lampu TL dengan LED yang lebih hemat energi.
• Mengganti PC dengan laptop karena daya listrik yang diperlukan kecil.
2. Manajemen efisiensi air
• Menyediakan penampungan air hujan untuk tambahan sumber air konstruksi
• Membuat penampungan air bersih dan air kualitas rendah, sehingga air tidak perlu bercampur dan kualitasnya menjadi rendah.
• Membuat sistem drainase sementara pada proses konstruksi sehingga air bisa terkonsentrasi pada satu area.
• Mengawasi sistem air yang mengalami kebocoran.
• Menggunakan low-volume showerhead pada setiap kran air untuk menghemat pengeluaran air
3. Manajemen penggunaan material
• Menggunakan material yang bahan baku dan proses produksinya ramah lingkungan.
• Menggunakan material perancah dan cetakan yang bisa digunakan berkali-kali
Green construction
Perilaku pekerja juga merupakan faktor penting yang dapat menimbulkan limbah konstruksi, sehingga perlu adanya perilaku dan sistematika kerja para pekerja.
Menerapakan konsep green pada ruang tim kerja dengan mengutamakan penghematan pemakaian lampu dan AC, kebutuhan makan bagi para karyawan di proyek, sudah tidak lagi memakai kotak kardus (styrofoam) yang cenderung menimbulkan sampah namun diterapkan sistem katering untuk prasmanan
Worker's attitude (perilaku pekerja)
Langkah Langkah Strategis Implementasi Gagasan
Memberikan konsep tentang
eco design
,
green construction
, dan perilaku pekerja terhadap pemerintah khususnya kementerian Pekerjaan Umum
Menginisiasi para kontraktor atau organisasi yang mewadahi kontraktor untuk mengerti dan menjalankan konsep tersebut.
Menghimbau pemerintah untuk mengawasi secara ketat proses konstruksi di Indonesia.
Mengadakan revisi terhadap konsep apabila sudah tidak cocok dengan kondisi konstruksi dikemudian hari.
Adanya riset tentang penambahan konsep pengoptimalan penanganan limbah.
Komitmen antara pemerintah sebagai pembuat kebijakan dengan pelaksana kontraktor untuk menerapkan konsep tersebut.
Metode yang pas dalam pengawasan konstruksi sehingga limbah yang dihasilkan minimal.
Prediksi keberhasilan
Sebagai tolak ukur realisasinya dapat berdasarkan pada beberapa tahapan berikut :
Tahun 1-2: Pemaparan pentingnya konsep
Eco design
&
Green construction
dalam setiap proyek kontruksi kepada pihak yang terkait
Tahun 1-5: Menginisiasi para kontraktor atau organisasi yang mewadahi kontraktor untuk mengerti dan menjalankan konsep tersebut
Tahun 1-7: Membuat regulasi dari konsep-konsep baru sehingga mendukung untuk penanganan limbah konstruksi
Tahun 2-10: Melakukan riset tentang penambahan konsep pengoptimalan penanganan limbah.
Tahun 5-10: Pembuatan unit pembangunan atau infrastruktur yang lebih ramah lingkungan dan efisien.
Kesimpulan
Sebagai negara berkembang, Indonesia memliki kesempatan untuk terus membangun sarana dan prasarana. Efek dari pembangunan tersebut tidak lepas dari limbah konstruksi. Limbah konstruksi yang dihasilkan selama ini dikelola dengan menggunakan prinsip
reduce
,
reuse
, dan
recycle
. Karena dirasa konsep tersebut belum sepenuhnya mengatasi, maka perlu adanya konsep tambahan yaitu
Eco Design
,
Green Construction
, serta Perilaku Pekerja untuk meminimalkan produksi suatu limbah dengan desain yang ramah lingkungan.
TERIMA KASIH
• Membuat tempat penyimpanan material yang berbeda berdasarkan jenisnya.
• Membuat tempat daur ulang sementara pada lokasi proyek.
• Mengutamakan sumber material lokal di sekitar proyek sehingga bisa menghemat biaya transpostasi.
• Melakukan penjadwalan pengadaan material untuk mengurangi penyimpanan.
• Mengurangi kebisingan dan getaran dari kegiatan pelaksanaan konstruksi yang dirasakan di luar area konstruksi.
4. Manajemen pelaksanaan konstruksi bangunan gedung
• Mengurangi debu konstruksi yang dirasakan di luar area konstruksi.
• Mengurangi pencemaran area sekitar dari proses keluar masuknya kendaraan proyek.
Kondisi kekinian pencetus gagasan
Dampak dari adanya pembangunan proyek kontruksi tersebut adalah menghasilkan limbah padat yang jika tidak dilakukan penanganan dengan serius akan membahayakan lingkungan
Gagasan baru yang ditawarkan
Pihak-pihak yang Dapat Mengimplementasikan Gagasan
1) Pemerintah
Membuat regulasi dari konsep-konsep baru sehingga mendukung untuk penanganan limbah konstruksi.
2) Owner
Mengadakan kerjasama dengan kontraktor pada aspek manajemen pengelolaan limbah usaha untuk mengelola limbah kontraktor. Selanjutnya kontraktor bekerja sama dengan subkontraktor untuk pengelolaan limbah konstruksi yang berbeda di suatu proyek.
3) Kontraktor
Mengadakan kerjasama dengan penyedia jasa pengangkut sampah atau ‘waste subcontractor’ ke lokasi TPA (Tempat Pembuangan Akhir) Pemilahan atau segregasi dan penyimpanan sementara untuk material yang memiliki harga jual tinggi. Mengimplementasikan nilai-nilai konsep yang yang sudah ada dan nilai-nilai tambahan dari konsep baru dalam proses konstruksi.
4) Waste subcontractor
Jasa pengangkut sampah dari tempat konstruksi yang merupakan upaya penting bagi kontraktor untuk mengurangi limbah.
Teknik Implementasi
Wawasan Teknologi
Latar Belakang
Tujuan
Karya tulis ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana cara penanganan limbah konstruksi yang dihasilkan dari pelaksanaan proyek konstruksi di Indonesia.
Manfaat
Manfaat dari penulisan karya tulis ini adalah memberikan cara untuk menangani masalah limbah yang dihasilkan oleh pelaksanaan proyek konstruksi di Indonesia.
Bentuk Limbah
Limbah organik
Limbah gypsum
Bahan konstruksi yang mengandung asbes
Logam
Limbah
Gas, Padat,
& Cair
Batu bata
Pecahan keramik
Tanah (termasuk yang digali dari daerah yang terkontaminasi), batu, dan penggalian tanah
Kayu
Kaca
Plastik
Campuran beraspal
Tar makadam dan produk tar lainnya
Campuran beton
Sumber Limbah Konstruksi di Indonesia
Secara umum sumber limbah konstruksi di Indonesia terdiri dari: perubuhan bangunan, konstruksi gedung, dan renovasi maupun perbaikan-perbaikan kecil. Perubuhan bangunan biasanya dilakukan secara manual oleh kontraktor bongkaran
Diperkirakan bahwa untuk bangunan dengan luas lantai 200 m2 akan dihasilkan sebanyak 180 m3 limbah
Pengelolahan limbah dengan
recycle
Pengolahan limbah
recycle
pada proyek konstruksi misalkan penggunaan sisa potongan besi tulangan menjadi tulangan sengkang, sisa kayu dari proyek bisa digunakan sebagai bahan untuk kusen, dan bahan bongkaran dari gedung yang bisa digunakan sebagai timbunan
Pengolahan Limbah dengan
reuse
Penggunaan kembali barang yang ada menjadi fungsi yang lain, cara ini lazim dilakukan dengan penggunaan material dari alat atau bahan konstruksi yang awet
Seperti contohnya penggunaan material kayu yang sisa digunakan untuk penyangga bekisting secara berulang, sisa seng yang bisa digunakan sebagai pagar dari tempat proyek tersebut sehingga tidak perlu adanya barang sisa selama masih bisa digunakan.
Pengolahan limbah secara
reduce
Cara yang selalu digunakan pada proyek konstruksi dengan meminimalkan limbah yang dihasilkan dengan memperhitungkan bahan yang digunakan. Secara tidak langsung, zat-zat limbah akan berkurang dan mengurangi biaya pengolahan limbah. Bahan yang digunakan sudah dihitung sedemikian sehingga pas dengan perencanaan kebutuhan, dan sedikit menghasilkan limbah.
Beberapa gagasan baru yang ditawarkan untuk menangani masalah limbah konstruksi diantaranya adalah:
Desain suatu struktur dari bangunan berkaitan dengan proses konstruksi. Untuk meminimalkan produksi suatu limbah maka perlu adanya desain yang ramah lingkungan dengan penerapan beberapa kriteria. Selain itu perlu perencanaan bangunan yang nantinya dalam proses pembongkaran (dekonstruksi) tidak menghasilkan limbah karena kita bisa memilih material yang masih bisa digunakan sehingga akan memperpanjang daur hidup dari material suatu bangunan (David fleming:2009). Beberapa hal yang harus dilakukan untuk proses dekonstruksi berjalan dengan baik adalah:
Meminimalkan kompleksitas bangunan
Mengoptimalkan pemakaian jenis material
Mengoptimalkan alat sambung antar komponen bangunan
Menyederhanakan sambungan antar komponen bangunan
Menempatkan sambungan antar komponen agar mudah dijangkau
Memisahkan antar sistem bangunan sehingga saat perubuhan tidak ada dampak pada sistem yang lain
Menggunakan material yang dapat dikembalikan dalam bentuk asalnya
Meminimalkan/menghindari penggunaan bahan berbahaya
Menyiapkan akses untuk komponen bangunan dengan kusen, pintu, dan jendela
Kemudahan informasi (gambar konstruksi, identifikasi material dan komponen, ukuran komponen struktur bangunan).
Eco design
Pada proses kontruksi, pembangunan harus menjadi pertimbangan. Karena dalam kegiatan ini banyak menimbulkan limbah baik dari proses pembangunan, renovasi, maupun pembongkaran. Berbagai kriteria harus dipenuhi (Glavinich, 2008):
1. Manajemen efisiensi energi
• Menggunakan sumber energi listrik tambahan (generator power supply )yang berbahan bakar gas dari pada fosil, karena biaya yang di perlukan jauh lebih kecil dan polusi lebih sedikit
• Menggunakan seoptimal mungkin pencahayaan alami.
• Mengganti lampu TL dengan LED yang lebih hemat energi.
• Mengganti PC dengan laptop karena daya listrik yang diperlukan kecil.
2. Manajemen efisiensi air
• Menyediakan penampungan air hujan untuk tambahan sumber air konstruksi
• Membuat penampungan air bersih dan air kualitas rendah, sehingga air tidak perlu bercampur dan kualitasnya menjadi rendah.
• Membuat sistem drainase sementara pada proses konstruksi sehingga air bisa terkonsentrasi pada satu area.
• Mengawasi sistem air yang mengalami kebocoran.
• Menggunakan low-volume showerhead pada setiap kran air untuk menghemat pengeluaran air
3. Manajemen penggunaan material
• Menggunakan material yang bahan baku dan proses produksinya ramah lingkungan.
• Menggunakan material perancah dan cetakan yang bisa digunakan berkali-kali
Green construction
Perilaku pekerja juga merupakan faktor penting yang dapat menimbulkan limbah konstruksi, sehingga perlu adanya perilaku dan sistematika kerja para pekerja.
Menerapakan konsep green pada ruang tim kerja dengan mengutamakan penghematan pemakaian lampu dan AC, kebutuhan makan bagi para karyawan di proyek, sudah tidak lagi memakai kotak kardus (styrofoam) yang cenderung menimbulkan sampah namun diterapkan sistem katering untuk prasmanan
Worker's attitude (perilaku pekerja)
Langkah Langkah Strategis Implementasi Gagasan
Memberikan konsep tentang
eco design
,
green construction
, dan perilaku pekerja terhadap pemerintah khususnya kementerian Pekerjaan Umum
Menginisiasi para kontraktor atau organisasi yang mewadahi kontraktor untuk mengerti dan menjalankan konsep tersebut.
Menghimbau pemerintah untuk mengawasi secara ketat proses konstruksi di Indonesia.
Mengadakan revisi terhadap konsep apabila sudah tidak cocok dengan kondisi konstruksi dikemudian hari.
Adanya riset tentang penambahan konsep pengoptimalan penanganan limbah.
Komitmen antara pemerintah sebagai pembuat kebijakan dengan pelaksana kontraktor untuk menerapkan konsep tersebut.
Metode yang pas dalam pengawasan konstruksi sehingga limbah yang dihasilkan minimal.
Prediksi keberhasilan
Sebagai tolak ukur realisasinya dapat berdasarkan pada beberapa tahapan berikut :
Tahun 1-2: Pemaparan pentingnya konsep
Eco design
&
Green construction
dalam setiap proyek kontruksi kepada pihak yang terkait
Tahun 1-5: Menginisiasi para kontraktor atau organisasi yang mewadahi kontraktor untuk mengerti dan menjalankan konsep tersebut
Tahun 1-7: Membuat regulasi dari konsep-konsep baru sehingga mendukung untuk penanganan limbah konstruksi
Tahun 2-10: Melakukan riset tentang penambahan konsep pengoptimalan penanganan limbah.
Tahun 5-10: Pembuatan unit pembangunan atau infrastruktur yang lebih ramah lingkungan dan efisien.
Kesimpulan
Sebagai negara berkembang, Indonesia memliki kesempatan untuk terus membangun sarana dan prasarana. Efek dari pembangunan tersebut tidak lepas dari limbah konstruksi. Limbah konstruksi yang dihasilkan selama ini dikelola dengan menggunakan prinsip
reduce
,
reuse
, dan
recycle
. Karena dirasa konsep tersebut belum sepenuhnya mengatasi, maka perlu adanya konsep tambahan yaitu
Eco Design
,
Green Construction
, serta Perilaku Pekerja untuk meminimalkan produksi suatu limbah dengan desain yang ramah lingkungan.
TERIMA KASIH
• Membuat tempat penyimpanan material yang berbeda berdasarkan jenisnya.
• Membuat tempat daur ulang sementara pada lokasi proyek.
• Mengutamakan sumber material lokal di sekitar proyek sehingga bisa menghemat biaya transpostasi.
• Melakukan penjadwalan pengadaan material untuk mengurangi penyimpanan.
• Mengurangi kebisingan dan getaran dari kegiatan pelaksanaan konstruksi yang dirasakan di luar area konstruksi.
4. Manajemen pelaksanaan konstruksi bangunan gedung
• Mengurangi debu konstruksi yang dirasakan di luar area konstruksi.
• Mengurangi pencemaran area sekitar dari proses keluar masuknya kendaraan proyek.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar